Budaya local biasanya didefinisikan sebagai budaya asli
dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Menurut J.W. Ajawaila, budaya lokal
adalah ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat local. Dan menurut Geertz
(1981) dalam bukunya Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia, di Indonesia saat
ini terdapat lebih dari 300 suku bangsa yang berbicara dalam 250 bahasa yang
berbeda dan memiliki karakteristik budaya local yang berbeda pula. Kemajemukan
budaya local di Indonesia tercermin dari keragaman budaya dan adat istiadat
dalam masyarakat. Suku bangsa di Indonesia, seperti suku Jawa, Sunda, Batak,
Minang, Timor, Bali, Sasak, Papua, dan Maluku memiliki adat istiadat dan bahasa
yang berbeda – beda. Setiap suku bangsa tersebut tumbuh dan berkembang sesuai
dengan alam lingkungannya.
Dari perbedaan – perbedaan itulah. Namun, dari perbedaan
itulah Negara kita bias menjadi Negara satu kesatuan, dengan adanya symbol
Bhineka Tunggal Ika, yang berarti “Walaupun Berbeda – beda Tetap Satu”.
Kali ini, saya akan membahasa salah satu suku yang ada di
Indonesia, yaitu suku Sunda. Untuk lebih lanjut, mari kita lihat pembahasannya J
|
Gbr 1. Wanita Sunda pemetik teh di masa Hindia Belanda |
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat
pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup
wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan Lampung. Suku Sunda
merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk
Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan tetapi ada juga sebagian kecil
yang beragama kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan/Jati Sunda. Agama Sunda
Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku
Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di
Lebak Banten yang berkerabat
dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.
Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan
budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan
riang. Orang Portugis mencatat
dalam Suma
Oriental bahwa orang Sunda bersifat jujur dan
pemberani. Karakter orang Sunda yang periang dan suka bercanda seringkali
ditampilkan melalui tokoh populer dalam cerita Sunda yaitu Kabayan dan tokoh
populer dalam Wayang
Golek yaitu Cepot dan anaknya Semar. Mereka bersifat
riang, suka bercanda, dan banyak akal, tetapi seringkali nakal. Orang Sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan
diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja
Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik
dengan Bangsa lain pada abad ke 15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan
dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga
menjabat Menteri dan pernah menjadi wakil Presiden pada kabinet RI.
Disamping prestasi dalam bidang politik (khususnya pada
awal masa kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan
adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris
dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun
internasional.
Etimologi
Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda
berasal dari akar kata sund atau kata suddha dalam bahasa Sansekerta yang
mempunyai pengertian bersinar, terang, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa,
1949: 289). Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun terdapat kata
sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air,
tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990:
569-570; Winter, 1928: 219). Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau
karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang
dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener(benar), singer (mawas
diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh
masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman kerajaan Kerajaan
Salakanagara, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda-Galuh, Kerajaan Pajajaran hingga sekarang .
Nama Sunda mulai digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun
397 untuk menyebut ibukota Kerajaan
Tarumanagara yang didirikannya. Untuk mengembalikan pamor
Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa
Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan
negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan
perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan raja Galuh. Akhirnya kawasan
Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.
|
Peta Linguistik Jawa Barat |
Pandangan Hidup
Selain agama yang dijadikan pandangan hidup, orang Sunda
juga mempunyai pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Pandangan
hidup tersebut tidak bertentangan dengan agama yang dianutnya karena secara
tersurat dan tersirat dikandung juga dalam ajaran agamanya, khususnya ajaran
agama Islam. Pandangan hidup orang Sunda yang diwariskan dari nenek moyangnya
dapat diamati pada ungkapan tradisional, juga dari naskah kuno.
Hubungan antara sesama
manusia
Hubungan antara manusia dengan sesama manusia dalam
masyarakat Sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh sikap “silih asih,
silih asah, dan silih asuh”, artinya harus saling mengasihi, saling
mengasah atau mengajari, dan saling mengasuh sehingga tercipta suasana
kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian,
ketentraman, dan kekeluargaan, seperti tampak pada ungkapan-ungkapan berikut
ini:
·
Kawas gula jeung peueut yang artinya hidup harus rukun saling menyayangi,
tidak pernah berselisih.
·
Ulah marebutkeun balung
tanpa eusi yang artinya jangan
memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya.
·
Ulah ngaliarkeun taleus
ateul yang artinya jangan
menyebarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan atau keresahan.
·
Ulah nyolok mata
buncelik yang artinya jangan berbuat
sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan.
·
Buruk-buruk papan jati yang artinya berapapun besar kesalahan saudara atau
sahabat, mereka tetap saudara kita, orang tua tentu dapat mengampuninya.
Hubungan antara manusia
dengan negara dan bangsanya
Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya,
menurut pandangan hidup orang Sunda, hendaknya didasari oleh sikap yang
menjunjung tinggi hukum, membela negara, dan menyuarakan hati nurani rakyat.
Pada dasarnya, tujuan hukum yang berupa hasrat untuk mengembalikan rasa
keadilan, yang bersifat menjaga keadaan, dan menjaga solidaritas sosial dalam
masyarakat. Masalah ini dalam masyarakat Sunda terpancar dalam
ungkapan-ungkapan:
·
Kudu nyanghulu ka hukum,
nunjang ka nagara, mupakat ka balarea (harus menjunjung tinggi hukum, berpijak kepada ketentuan negara, dan
bermupakat kepada kehendak rakyat.
·
Bengkung ngariung
bongkok ngaronyok (bersama-sama
dalam suka dan duka).
·
Nyuhunkeun bobot
pangayon timbang taraju (memohon
pertimbangan dan kebijaksanaan yang seadil-adilnya, memohon ampun).
Bahasa
Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak
menggunakan bahasa Sunda. Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama
yang tinggal di perkotaan tidak lagi menggunakan bahasa tersebut dalam bertutur
kata.[5] Seperti yang
terjadi di pusat-pusat keramaian kota Bandung dan Bogor, dimana banyak
masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.
Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, mulai
dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai
tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek
berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
·
Dialek Utara
·
Dialek Selatan
(Priangan)
·
Dialek Tengah Timur
·
Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten dan Lampung.
Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa
daerah Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota
Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di Kabupaten
Majalengka dan Indramayu. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Cirebon
dan Kuningan, juga di beberapa kecamatan di Kabupaten Brebes dan Tegal, Jawa
Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis, juga di
beberapa kecamatan di Kabupaten Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah.
Kesenian
1. Seni Tari
Seni tari utama dalam Suku Sunda adalah tari jaipongan, tari merak,
dan tari topeng.
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang
unik dan menarik, Jaipongan adalah
salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari
Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan
modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.
Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu degung. Musik ini merupakan kumpulan
beragam alat musik seperti gendang, gong, saron, kecapi, dsb. Degung bisa
diibaratkan 'Orkestra' dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong
ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling
menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang,
berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering
dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
2. Wayang Golek
Tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya.
Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan
dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang.
Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti
halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan
Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta
pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam
hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul
04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan
kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Cerita wayang yang populer saat ini
banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang
Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah
India.Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya
yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh
ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu
(seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang
pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
3. Seni musik
Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni
suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan
lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang
wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu
yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan
dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda :
Bubuy Bulan Es Lilin Manuk Dadali Tokecang Warung Pojok
1. Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe
dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan,
cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari
ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik
(da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung
(bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna
putih).
2. Angklung
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang
terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun
1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian
local atau tradisional.
Rumah Adat
|
Rumah tradisional Sunda
suhunan Julang Ngapak di Papandak, Garut
|
Secara tradisional rumah orang Sunda berbentuk panggung
dengan ketinggian 0,5 m - 0,8 m atau 1 meter di atas permukaan tanah. Pada
rumah-rumah yang sudah tua usianya, tinggi kolong ada yang mencapai 1,8 meter.
Kolong ini sendiri umumnya digunakan untuk tempat mengikat binatang-binatang
peliharaan seperti sapi, kuda, atau untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti
cangkul, bajak, garu dan sebagainya. Untuk naik ke rumah disediakan tangga yang
disebut Golodog yang terbuat dari kayu atau bambu, yang biasanya terdiri tidak
lebih dari tiga anak tangga. Golodog berfungsi juga untuk membersihkan kaki
sebelum naik ke dalam rumah.
Rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama yang
berbeda-beda bergantung pada bentuk atap dan pintu rumahnya. Secara tradisional
ada atap yang bernama suhunan Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay, Perahu
Kemureb, Jubleg Nangkub, Capit Gunting, dan Buka Pongpok. Dari kesemuanya itu,
Jolopong adalah bentuk yang paling sederhana dan banyak dijumpai di
daerah-daerah cagar budaya atau di desa-desa.
Jolopong memiliki dua bidang atap yang dipisahkan oleh
jalur suhunan di tengah bangunan rumah. Batang suhunan sama panjangnya dan
sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap yang sebelah menyebelah, sedangkan
lainnya lebih pendek dibanding dengan suhunan dan memotong tegak lurus di kedua
ujung suhunan itu.
Interior yang dimiliki Jolopong pun sangat efisien. Ruang
Jolopong terdiri atas ruang depan yang disebut emper atau tepas; ruangan tengah
disebut tengah imah atau patengahan; ruangan samping disebut pangkeng (kamar);
dan ruangan belakang yang terdiri atas dapur yang disebut pawon dan tempat
menyimpan beras yang disebut padaringan. Ruangan yang disebut emper berfungsi
untuk menerima tamu. Dulu, ruangan ini dibiarkan kosong tanpa perkakas atau
perabot rumah tangga seperti meja, kursi, ataupun bale-bale tempat duduk. Jika
tamu datang barulah yang empunya rumah menggelarkan tikar untuk duduk tamu.
Seiring waktu, kini sudah disediakan meja dan kursi bahkan peralatan lainnya.
Ruang balandongan berfungsi untuk menambah kesejukan bagi penghuni rumah. Untuk
ruang tidur, digunakan Pangkeng. Ruangan sejenis pangkeng ialah jobong atau
gudang yang digunakan untuk menyimpan barang atau alat-alat rumah tangga.
Ruangan tengah digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga dan sering
digunakan untuk melaksanakan upacara atau selamatan dan ruang belakang (dapur)
digunakan untuk memasak.
Ditilik dari segi filosofis, rumah tradisional milik
masyarakat Jawa Barat ini memiliki pemahaman yang sangat mengagumkan. Secara
umum, nama suhunan rumah adat orang Sunda ditujukan untuk menghormati alam
sekelilingnya. Hampir di setiap bangunan rumah adat Sunda sangat jarang
ditemukan paku besi maupun alat bangunan modern lainnya. Untuk penguat antar
tiang digunakan paseuk (dari bambu) atau tali dari ijuk ataupun sabut kelapa,
sedangkan bagian atap sebagai penutup rumah menggunakan ijuk, daun kelapa, atau
daun rumia, karena rumah adat Sunda sangat jarang menggunakan genting. Hal
menarik lainnya adalah mengenai material yang digunakan oleh rumah itu sendiri.
Pemakaian material bilik yang tipis dan lantai panggung dari papan kayu atau
palupuh tentu tidak mungkin dipakai untuk tempat perlindungan di komunitas
dengan peradaban barbar. Rumah untuk komunitas orang Sunda bukan sebagai
benteng perlindungan dari musuh manusia, tapi semata dari alam berupa hujan,
angin, terik matahari dan binatang.
Sistem Kekerabatan
|
Gbr Akad nikah adat Sunda di depan
penghulu dan saksi.
|
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat bilateral,
garis keturunan ditarik dari pihak bapak dan ibu. Dalam keluarga Sunda, bapak
yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan
peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh
sendi kehidupan suku Sunda. Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu
sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya,
pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak,
incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur
atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan
horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek,
anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan langsung
serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan
seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah
(salsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah
dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis
keturunan.
Makanan Khas
Beberapa jenis makanan jajanan tradisional Indonesia yang
berasal dari tanah sunda, seperti sayur asem, sayur lodeh, pepes, lalaban, dll.
Profesi
Mayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani, dan
berladang, ini disebabkan tanah Sunda yang subur.[6] Sampai abad
ke-19, banyak dari masyarakat Sunda yang berladang secara berpindah-pindah.
Selain bertani, masyarakat Sunda seringkali memilih untuk
menjadi pengusaha dan pedagang sebagai mata pencariannya, meskipun kebanyakan
berupa wirausaha kecil-kecilan yang sederhana, seperti menjadi penjaja makanan
keliling, membuka warung atau rumah makan, membuka toko barang kelontong dan
kebutuhan sehari-hari, atau membuka usaha cukur rambut, di daerah perkotaan ada
pula yang membuka usaha percetakan, distro, cafe, rental mobil dan jual beli
kendaraan bekas. Profesi pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh masyarakat
Sunda, terutama asal Tasikmalaya dan Garut. Chairul Tanjung, Eddy Kusnadi Sariaatmadja, dan Sandiaga Uno merupakan
contoh-contoh pengusaha berdarah Sunda yang berhasil. Chairul Tanjung dan Eddy
Kusnadi Sariaatmadja bahkan masuk ke dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia
yang dirilis majalah Forbes pada tanggal 29 November 2012.
Profesi lainnya yang banyak dilakoni oleh orang Sunda
adalah sebagai pegawai
negeri, penyanyi, seniman, dokter, diplomat dan pengusaha.