Song Playlist

Senin, 05 November 2012

Relationship between Socialization with Human Intelligence

Manusia sebagai makhluk sosial. Tentu kita seringkali mendengar kalimat tersebut. Namun, apa pengertian dari kalimat “Manusia sebagai Makhluk Sosial” sesungguhnya ?
Manusia sebagai makhluk sosial dapat didefinisikan bahwa manusia merupakan makhluk yang membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi di dalam kehidupannya. Sosialisasi yang dimaksud di sini adalah hubungan/interaksi dengan manusia lainnya. Tak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak mampu tinggal di atas permukaan bumi ini tanpa bantuan dari orang lain sedikitpun. Sehebat-hebatnya seorang manusia, manusia juga membutuhkan bantuan dari orang lain.
Dalam kehidupan sehari – hari, manusia yang satu selalu ketergantungan dengan manusia lainnya. Dimulai dari bangun tidur di pagi hari  hingga menjelang tidur di malam hari. Misalnya saja ketika bangun pagi. Bangun di pagi hari untuk beraktivitas kembali biasanya dirasakan sangat susah untuk para remaja khususnya. Namun kini sudah ada yang namanya jam weker yang dapat membangunkan tepat waktu. Jam weker itu pun diciptakan oleh manusia. Contoh real lainnya adalah ketika bayi dilahirkan, untuk tumbuh kembang dan dewasa, bayi tersebut sangat membutuhkan bantuan dari seorang ibu. Ibu memberikan ASI, mengajarkan berbicara, berjalan dan hal – hal lainnya. Dan proses kelahiran seorang bayi dari rahim ibu nya pun turut melibatkan bantuan dari seorang yang disebut dokter/bidan. Berbeda hal nya dengan hewan. Misalnya saja, tanpa adanya bantuan seorang dokter, seekor tikus pun hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk dapat melahirkan anak dalam jumlah yang banyak. Hal ini dikarenakan hewan hanya mampu mengandalkan instingnya saja untuk melahirkan. Tidak seperti manusia yang berpikir terlebih dahulu jika ingin melahirkan anaknya tanpa bantuan orang lain sedikit pun.
Kita sebagai manusia, terlahir dengan memiliki akal dan pikiran pemberian Allah SWT. Berbeda dengan hewan yang telahir hanya memiliki nafsu, tanpa akal dan pikiran. Hewan dapat bertindak sesuka hatinya tanpa harus memperhatikan kondisi selanjutnya yang akan terjadi akibat tindakannya tersebut. Sebaliknya manusia hendaknya berpikir dahulu sebelum melakukan suatu tindakan jika tidak ingin berakibat fatal pada tindakannya tersebut.
Di samping itu, manusia sebagai makhluk sosial, terlahir di dunia ini dengan karakteristik yang berbeda – beda. Percayakah anda dengan ramalan – ramalan yang mengatakan bahwa karakteristik seseorang dapat dilihat berdasarkan tanggal lahir, zodiak, bentuk wajah, atau semacamnya ? Tidak dengan saya. Menurut saya, karakteristik yang ada dalam diri kita terbentuk karena terdapat sesuatu yang namanya proses sosialisasi dalam kehidupan sehari - hari. Proses sosialisasi dapat menciptakan karakteristik setiap orang. Sebagai contoh, seseorang yang tinggal di tengah – tengah lingkungan harmonis dan rukun akan berbeda jauh karakteristiknya dengan seseorang yang tinggal di tengah – tengah lingkungan non-harmonis.
Di tengah lingkungan harmonis, seseorang akan berperilaku baik sehingga akan memunculkan adanya keharmonisan dan kerukunan. Hal itu disebabkan karena lingkungan tempat ia tinggal mampu menciptakan karakteristik yang baik pada diri orang tersebut. Sedangkan di tengah – tengah lingkungan non-harmonis, karakteristik yang akan terbentuk pada diri seseorang justru akan membuat orang tersebut tidak mampu menciptakan sebuah keharmonisan. Karakteristik seperti ini lah yang bisa menyebabkan seseorang tersebut menjadi terisolir dari lingkungan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia sangat membutuhkan suatu hubungan interaksi dengan orang lain untuk menghindari yang namanya terisolir dari lingkungan. Isolir dari lingkungan maksudnya adalah tidak dapat melakukan interaksi dengan orang lain sehingga bisa mempengaruhi mental dari orang tersebut. Manusia yang tidak pernah bersosialisasi cenderung akan merasa bahwa dirinya tidak memiliki siapa – siapa di dunia ini. Mereka lebih memilih untuk diam dan menutup dirinya sendiri dari lingkungan luar. Sekalinya mereka berinteraksi dengan orang lain, mereka justru akan menganggap bahwa orang lain tersebut adalah suatu ancaman yang berbahaa bagi mereka. Dan akibatnya, mereka tidak akan segan – segan untuk berbuat hal – hal nekat untuk melindungi diri mereka.
Orang – orang yang seperti itu lah yang sesungguhnya memperlukan perhatian lebih dari lingkungan di sekitarnya. Mereka harus disadarkan pada sebuah realita kalau mereka hidup di dunia ini tidak sendirian. Mereka dilahirkan di dunia ini untuk mencapai suatu tujuan yang berdedikasi dan berguna bagi agama, bangsa, dan negara dengan cara melakukan hal - hal yang positif.


Dan bagaimana caranya mereka supaya bisa mencapai tujuan tersebut ? Sesungguhnya bahwa setiap manusia dilahirkan dengan memliki potensi lebih. Dan potensi itu pun akan berkembang di tengah – tengah pergaulan/interaksi sosial antar manusia.
Potensi yang dimiliki dari setiap orang berbeda -  beda. Hanya saja cara pengembangan potensi tersebut pun yang sama, yakni interaksi dan bersosialisasi. Jika seseorang memliki potensi namun tidak bisa mengembangkannya hanya karena orang tersebut tidak mampu berinteraksi dengan dunia luar, maka orang tersebut dapat dianggap sebagai seseorang yang terisolir dari lingkungan.
Potensi yang dimiliki seseorang juga dapat berpengaruh terhadap intelegensi seseorang. Jika kita perhatikan kembali, kebanyakan orang yang terisolir dari lingkungannya tidak memiliki tingkat intelegensi yang tinggi. Mengapa demikian ? Hal ini dikarenakan potensi yang mereka miliki tidak digunakan dengan sebaik  - baiknya. Alias mereka tidak bersosialisasi dengan orang lain sehingga potensi yang ada pada diri mereka pun tidak berkembang. Berbeda dengan orang yang pandai menyesuaikan dirinya dengan lingkungan luar. Orang – orang yang pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan luar ternyata memiliki tingkat intelegensi yang tinggi. Sosialisasi dinilai ampuh untuk mengubah pola pikir seseorang. Dan pola pikir itu lah yang cenderung meningkatkan intelegensi seseorang.
Seseorang yang ingin mengembangkan lebih dalam lagi potensinya, akan terus belajar dan belajar agar dapat mencapai sesuatu yang dituju. Mereka memiliki rasa keingintahuan yang lebih ketimbang orang – orang yang tidak bersosialisasi. Dan mereka pun akan lebih dalam lagi mengemban ilmu dan pengetahuan. Dapat kita ambil contoh orang – orang sukses di luar sana. Mereka yang sukses mampu mengembangkan potensi mereka dengan bersosialisasi dengan orang lain.
Mereka yang sukses pun tidak membutuhkan kepintaran lebih untuk mencapai kesusksesan. Di luar sana banyak orang yang menganggap bahwa kepintaran akan menuntun seseorang menuju kesuksesan, tetapi saya berpendapat sebaliknya. Bagi saya, pintar saja tidak cukup jika tidak diimbangi dengan kemampuan bersosialisasi. Seseorang yang pintar, mungkin saja juga memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, tanpa harus bersosialisasi. Orang tersebut boleh saja dikatakan pintar karena nilai – nilai bagus dan prestasi yang diraihnya. Tetapi bisa anda bayangkan kalau orang yang pintar di dalam pelajaran, namun tidak bisa berbicara ketika harus mempresentasikan suatu paparan makalah di depan umum. Sungguh hal yang mengecewakan menurut saya.
Di sini, manusia lebih dituntut lagi untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi nya. Karena tingkat intelegensi yang tinggi akibat sosialisasi berbeda dengan intelegensi tinggi tanpa adanya sosialsasi.
Pernah saya mendengar kalimat “Kita tidak perlu pintar untuk menuju sukses, tetapi bersosialisasilah”. Dan saya setuju dengan kalimat tersebut. Karena dengan bersosialisasi, seseorang akan mendalami lagi potensi nya sehingga tingkat intelegensi nya pun meningkat.