Manusia sebagai makhluk sosial. Tentu kita
seringkali mendengar kalimat tersebut. Namun, apa pengertian dari kalimat “Manusia sebagai Makhluk Sosial” sesungguhnya ?
Manusia sebagai makhluk sosial dapat didefinisikan
bahwa manusia merupakan makhluk yang membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi di dalam kehidupannya. Sosialisasi
yang dimaksud di sini adalah hubungan/interaksi dengan manusia lainnya. Tak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak mampu tinggal di atas permukaan
bumi ini tanpa bantuan dari orang lain sedikitpun. Sehebat-hebatnya seorang
manusia, manusia juga membutuhkan bantuan dari orang lain.
Dalam kehidupan sehari –
hari, manusia yang satu selalu ketergantungan dengan manusia lainnya. Dimulai
dari bangun tidur di pagi hari hingga
menjelang tidur di malam hari. Misalnya saja ketika bangun pagi. Bangun di pagi
hari untuk beraktivitas kembali biasanya dirasakan sangat susah untuk para
remaja khususnya. Namun kini sudah ada yang namanya jam weker yang dapat
membangunkan tepat waktu. Jam weker itu pun diciptakan oleh manusia. Contoh
real lainnya adalah ketika bayi dilahirkan, untuk tumbuh kembang dan dewasa,
bayi tersebut sangat membutuhkan bantuan dari seorang ibu. Ibu memberikan ASI,
mengajarkan berbicara, berjalan dan hal – hal lainnya. Dan proses kelahiran
seorang bayi dari rahim ibu nya pun turut melibatkan bantuan dari seorang yang
disebut dokter/bidan. Berbeda hal nya dengan hewan. Misalnya saja, tanpa adanya
bantuan seorang dokter, seekor tikus pun hanya membutuhkan waktu beberapa menit
untuk dapat melahirkan anak dalam jumlah yang banyak. Hal ini dikarenakan hewan
hanya mampu mengandalkan instingnya saja untuk melahirkan. Tidak seperti
manusia yang berpikir terlebih dahulu jika ingin melahirkan anaknya tanpa
bantuan orang lain sedikit pun.
Kita sebagai manusia,
terlahir dengan memiliki akal dan pikiran pemberian Allah SWT. Berbeda dengan
hewan yang telahir hanya memiliki nafsu, tanpa akal dan pikiran. Hewan dapat
bertindak sesuka hatinya tanpa harus memperhatikan kondisi selanjutnya yang
akan terjadi akibat tindakannya tersebut. Sebaliknya manusia hendaknya berpikir
dahulu sebelum melakukan suatu tindakan jika tidak ingin berakibat fatal pada
tindakannya tersebut.
Di samping itu, manusia
sebagai makhluk sosial, terlahir di dunia ini dengan karakteristik yang berbeda
– beda. Percayakah anda dengan ramalan – ramalan yang mengatakan bahwa karakteristik
seseorang dapat dilihat berdasarkan tanggal lahir, zodiak, bentuk wajah, atau
semacamnya ? Tidak dengan saya. Menurut saya, karakteristik yang ada dalam diri
kita terbentuk karena terdapat sesuatu yang namanya proses sosialisasi dalam
kehidupan sehari - hari. Proses sosialisasi dapat menciptakan karakteristik
setiap orang. Sebagai contoh, seseorang yang tinggal di tengah – tengah
lingkungan harmonis dan rukun akan berbeda jauh karakteristiknya dengan
seseorang yang tinggal di tengah – tengah lingkungan non-harmonis.
Di tengah lingkungan
harmonis, seseorang akan berperilaku baik sehingga akan memunculkan adanya
keharmonisan dan kerukunan. Hal itu disebabkan karena lingkungan tempat ia
tinggal mampu menciptakan karakteristik yang baik pada diri orang tersebut.
Sedangkan di tengah – tengah lingkungan non-harmonis, karakteristik yang akan
terbentuk pada diri seseorang justru akan membuat orang tersebut tidak mampu
menciptakan sebuah keharmonisan. Karakteristik seperti ini lah yang bisa
menyebabkan seseorang tersebut menjadi terisolir dari lingkungan.
Sebagaimana kita ketahui
bahwa manusia sangat membutuhkan suatu hubungan interaksi dengan orang lain
untuk menghindari yang namanya terisolir dari lingkungan. Isolir dari lingkungan
maksudnya adalah tidak dapat melakukan interaksi dengan orang lain sehingga bisa
mempengaruhi mental dari orang tersebut. Manusia yang tidak pernah
bersosialisasi cenderung akan merasa bahwa dirinya tidak memiliki siapa – siapa
di dunia ini. Mereka lebih memilih untuk diam dan menutup dirinya sendiri dari
lingkungan luar. Sekalinya mereka berinteraksi dengan orang lain, mereka justru
akan menganggap bahwa orang lain tersebut adalah suatu ancaman yang berbahaa bagi
mereka. Dan akibatnya, mereka tidak akan segan – segan untuk berbuat hal – hal
nekat untuk melindungi diri mereka.
Orang – orang yang seperti
itu lah yang sesungguhnya memperlukan perhatian lebih dari lingkungan di
sekitarnya. Mereka harus disadarkan pada sebuah realita kalau mereka hidup di
dunia ini tidak sendirian. Mereka dilahirkan di dunia ini untuk mencapai suatu
tujuan yang berdedikasi dan berguna bagi agama, bangsa, dan negara dengan cara
melakukan hal - hal yang positif.
Dan bagaimana caranya mereka supaya bisa mencapai tujuan tersebut ? Sesungguhnya bahwa setiap manusia dilahirkan dengan memliki potensi lebih. Dan potensi itu pun akan berkembang di tengah – tengah pergaulan/interaksi sosial antar manusia.
Potensi yang dimiliki dari
setiap orang berbeda - beda. Hanya saja
cara pengembangan potensi tersebut pun yang sama, yakni interaksi dan
bersosialisasi. Jika seseorang memliki potensi namun tidak bisa mengembangkannya
hanya karena orang tersebut tidak mampu berinteraksi dengan dunia luar, maka
orang tersebut dapat dianggap sebagai seseorang yang terisolir dari lingkungan.
Potensi yang dimiliki
seseorang juga dapat berpengaruh terhadap intelegensi seseorang. Jika kita
perhatikan kembali, kebanyakan orang yang terisolir dari lingkungannya tidak
memiliki tingkat intelegensi yang tinggi. Mengapa demikian ? Hal ini
dikarenakan potensi yang mereka miliki tidak digunakan dengan sebaik - baiknya. Alias mereka tidak bersosialisasi
dengan orang lain sehingga potensi yang ada pada diri mereka pun tidak
berkembang. Berbeda dengan orang yang pandai menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan luar. Orang – orang yang pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan
luar ternyata memiliki tingkat intelegensi yang tinggi. Sosialisasi dinilai
ampuh untuk mengubah pola pikir seseorang. Dan pola pikir itu lah yang
cenderung meningkatkan intelegensi seseorang.
Seseorang yang ingin
mengembangkan lebih dalam lagi potensinya, akan terus belajar dan belajar agar
dapat mencapai sesuatu yang dituju. Mereka memiliki rasa keingintahuan yang
lebih ketimbang orang – orang yang tidak bersosialisasi. Dan mereka pun akan lebih
dalam lagi mengemban ilmu dan pengetahuan. Dapat kita ambil contoh orang –
orang sukses di luar sana. Mereka yang sukses mampu mengembangkan potensi
mereka dengan bersosialisasi dengan orang lain.
Mereka yang sukses pun tidak
membutuhkan kepintaran lebih untuk mencapai kesusksesan. Di luar sana banyak
orang yang menganggap bahwa kepintaran akan menuntun seseorang menuju
kesuksesan, tetapi saya berpendapat sebaliknya. Bagi saya, pintar saja tidak
cukup jika tidak diimbangi dengan kemampuan bersosialisasi. Seseorang yang
pintar, mungkin saja juga memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, tanpa harus
bersosialisasi. Orang tersebut boleh saja dikatakan pintar karena nilai – nilai
bagus dan prestasi yang diraihnya. Tetapi bisa anda bayangkan kalau orang yang
pintar di dalam pelajaran, namun tidak bisa berbicara ketika harus mempresentasikan
suatu paparan makalah di depan umum. Sungguh hal yang mengecewakan menurut
saya.
Di sini, manusia lebih
dituntut lagi untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi nya. Karena tingkat
intelegensi yang tinggi akibat sosialisasi berbeda dengan intelegensi tinggi
tanpa adanya sosialsasi.
Pernah saya mendengar kalimat
“Kita tidak perlu pintar untuk menuju sukses, tetapi bersosialisasilah”. Dan
saya setuju dengan kalimat tersebut. Karena dengan bersosialisasi, seseorang
akan mendalami lagi potensi nya sehingga tingkat intelegensi nya pun meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar